Berikut transkripsi percakapan Najwa
Shibab dengan Anies Baswedan.
Najwa : Dan Anda mengajak mereka memilih nomor 3? Jadi, Anda mengharapkan dukungan FPI?
Anies : Di
semua tempat yang saya kunjungi saya adalah seorang kandidat. Di manapun.
Di tempat ini pun saya akan mengatakan kalau Anda punya pilihan, pilihlah nomor
3! Itu kan kampanye! Jadi, artinya di mana saja......
Najwa : Mas Anies, apakah kemudian, yang jelas kita
tahu FPI sikap politiknya jelas,
gurbernur Jakarta harus orang Islam, Anda sependapat dengan sikap politik itu?
Anies : Itu adalah pandangan yang disampaikan dan saya sebagai seorang calon menawarkannya
program. Jadi, ini bukan pandangan saya pribadi. Ini soal bagaimana Jakarta, gurbernurnya siapapun, dia harus
bisa mengayomi semuanya dan diayomi semuanya itu artinya seorang gurbernur
bisa berdialog juga. Malah justru
berbahaya kalau seorang gurbernur mengatakan saya tidak mau dengan organisasi
ini, saya tidak mau dengan organisasi ini. Lalu, dengan siapa dia mau?
Percakapan
di atas sekilas seperti tidak memiliki relevansi jika hanya dilihat dari
sturkturnya. Namun, percakapan di atas bila dilihat dari sudt pandang pragmatik
merupakan percakpan yang memliki relevansi yang kuat. Yang membuatnya relevan
antara lain adanya konteks, perluasan kognisi, dan implikatur dalam percakapan.
Pada tayangan tersebut, percakapan di
atas didahului dengan tayangan gambar-gambar Anies sedang bertemu dengan Rizieq
Shihab. Konteks yang pertama dibangun adalah siapa itu Rizieq Shihab. Baik
adressor maupun adrressee sama-sama memiliki pengetahuan tentang siapa Rizieq
Shihab, yaitu ketua FPI.
Ketidakbersediaan
(unwillingness) addressor terhadap pertanyaan Jadi, Anda mengharapkan dukungan FPI? secara langsung ditandai
dengan kalimat Di semua tempat yang saya
kunjungi saya adalah seorang kandidat. Relevansi dibangun melalui
implikatur jawaban bahwa sebenarnya addressor memang mengharapkan dukungan FPI.
Namun, hal ini dapat dibuktikan pada kalimat adrressor selanjutnya, yaitu Di tempat ini pun saya akan mengatakan kalau
Anda punya pilihan, pilihlah nomor 3!.
Selain
itu, adressor dan addressee juga memiliki pengetahuan yang sama mengenai ideologi
politik FPI. Namun, addressee kemudian mengkonfirmasi addressor dengan kalimat,
“gurbernur Jakarta harus orang Islam,
Anda sependapat dengan sikap politik itu?”. Jawaban atas pertanyaan ini
disampaikan melalui implikatur kuat, yaitu dengan tuturan Itu adalah pandangan yang disampaikan dan saya sebagai seorang calon menawarkannya
program. Ada dua proposisi dalam
tuturan ini. Yang pertama “itu adalah pandangan yang disampaikan” dan yang
kedua adalah “saya sebagai seorang calon menawarkannya program”. Kedua
proposisi ini secara sintaktik dihubungkan dengan kata hubung dan yang memiliki
makna kesetaraaan. Oleh karena itu, dapat dilihat bagaimana adrressor tidak
ingin menjawab pertanyaan addresse secara langsung dengan jawaban iya atau
tidak, tetapi dengan mengulangi kemiripan pertanyaan addressee: sikap politik
itu = pandangan yang disampaikan. Meski secara sintaktik proposisi pertama ini
dihubungkan dengan kata ‘dan’ yang berfungsi sebagai kesertaaan, namun secara
pragmatik kata ‘dan’ ini berfungsi sebagai akibat. Ini dibuktikan dengan
tuturan yang berelevansi dengan pandangan atau sikap politik FPI, yaitu saya
sebagai seorang calon menawarkannya program. Dengan tuturan ini addressor
mencoba mengaitkan sikap politik FPI dengan program yang sudah direncanakannya.
Inferensinya adalah addressor melakukan bargaining terhadap FPI.
Perluasan
kognisi terjadi pada tuturan adrressor pada saat menjelaskan mengenai bagaimana
pemimpin ideal bagi Jakarta. Tuturan Jakarta,
gurbernurnya siapapun, dia harus bisa mengayomi semuanya jika dikaitkan
dengan konteks yang lebih luas atau konteks sosial, tuturan ini dapat dikatakan
sebagai satir terhadap pemerintahan pada saat itu. Tuturan berikutnya
menguatkan satir tersebut, Malah justru
berbahaya kalau seorang gurbernur mengatakan saya tidak mau dengan organisasi
ini, saya tidak mau dengan organisasi ini. Kekuatan satir ini ditandai
salah satunya dengan respon audiens atau penonton di studio terhadap tuturan.
Respon ini juga menunjukkan bahwa perluasan kognisi tidak hanya terjadi antara
Anies dan Najwa, tetapi juga pada penonton di studio dan mungkin penonton di
rumah. Dengan perluasan kognisi, maka gurbernur yang dimaksud dalam tuturan
tersebut adalah Ahok yang saat itu masih menjabat sebagai gurbernur DKI
Jakarta. Ahok merupakan gurbernur yang kontroversial karena caranya dalam
mengemukakan pendapat apabila ia tidak suka dengan sesuatu hal. Cara
berbicaranya yang seperti inilah yang dimaksud dalam proposisi saya tidak mau dengan organisasi ini, saya
tidak mau dengan organisasi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar