Jumat, 24 Agustus 2018

Tentang Cinta


Saat aku berucap kata cinta, apakah yang kau pikirkan hanyalah hubungan lawan jenis yang sedang mabuk kepayang atau keputusasaan dengan segala kerumitannya?

Saat aku berucap kata cinta, apakah kau terbayang keluarga, sahabat, dan orang-orang terdekat yang senantiasa menemani, berbagi,  dengan ketulusannya?

Jika kupikir cinta hanyalah aku dan kamu, maka aku adalah orang jahat karena menghilangkan cinta yang lain yang mungkin lebih berharga daripada kamu dan cintamu.

Mencinta itu sederhana, cukup seperlunya. Seperlunya dalam kebutuhan mencinta, bukan mencinta seperlunya, saat ada kebutuhan. Seperti kadar air dalam makanan. Ada makanan yang perlu kadar air tinggi sehingga basah dan bertekstur lunak, adapula yang perlu kadar air rendah sehingga garing dan bertekstur renyah. Kadar air diperlukan agar makanan tersebut tetap nikmat dan sesuai dengan cita rasa yang seharusnya. Begitu pula dalam mencinta, kau tak akan menikmati apa yang kau hadapi, apa yang kau jalani, jika cintamu terlalu basah atau terlalu kering. Kau hanya memaksakan keadaan sehingga menjadi seharusnya versimu, bukan seharusnya sesuai kata Tuhan.

Kita memang tidak dapat memprediksi kepada siapa kita akan jatuh cinta. Merencanakan cinta seperti merencanakan berapa tetes hujan yang jatuh di atap rumah. Tapi ketika cinta datang, kita dapat mengendalikannya mau seberapa jauh, seberapa dalam mencinta, karena seberapa itulah jauh dan dalam kita mungkin terluka.