Metode analisis formal
linguistik merupakan metode analisis linguistik yang tidak menyertakan
faktor-faktor nonlinguistik dalam analisisnya. Analisis dipusatkan pada
faktor-faktor linguistiknya saja, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Fokus kajiannya adalah apa yang logis dan semantis atau makna referensial dan
denotasional.
Analisis linguistik
muncul dari ide bahwa makna adalah berdasarkan jenis hubungan dari tanda-tanda.
Menurut strukturalisme, tanda dapat diketahui maknanya berdasarkan dua cara,
yaitu dengan secara temporer atau spasial dihubungkan dengan elemen lainnya dan
dengan mengetahui oposisi dari elemen yang mungkin dimilikinya. Konsep makna
sebagai hubungan dengan tanda lainnya (in
presentia dan in absentia) baru
muncul pada era Jakobcon dan Barthes, para ahli semiotik.
Kemampuan manusia untuk
memproduksi dan memahami bahasa merupakan kombinasi dari faktor fisiologis,
neural, kognitif, dan kontekstual. Fonem yang berdiri sendiri tidak memiliki
makna. Ia akan memiliki makna ketika ia terangkai menjadi sebuah bentuk bahasa. Fonem-fonem yang terangkai
selanjutnya dapat menjadi morfem, sebagai satuan terkecil dari bentuk bahasa di
atas fonem. Di dalam morfologi terdapat dua istilah, yaitu morfologi nominal
dan morfologi verbal. Interaksi morfem membentuk klausa. Klausa dibagi menjadi
dua, yaitu klausa transitif dan klausa intransitif yang dibedakan dengan
ada-tidaknya objek. Klausa kemudian membantuk kalimat yang secara umum sama
pengertian dan jenisnya sama dengan klausa. Perbedaan klausa dengan kalimat
terletak pada ada-tidaknya intonasi final. Tataran yang lebih tinggi dari
kalimat adalah wacana yang sejatinya merupakan korelasi antarkalimat.
Bentuk
bahasa yang selanjutnya adalah metalinguistik. Istilah metalinguistik
diciptakan oleh Jakobson untuk menyebut bahasa yang digunakan sebagai alat
untuk mendeskripsikan dan menganalisis bahasa. Metaliguistik didasarkan pada
intuisi penutur asli suatu bahasa dalam menjelaskan bagaimana suatu bentuk
bahasa bekerja. Bentuk bahasa yang terakhir adalah simbol, indeks, dan icon.
Ikon adalah sebuah tanda yang menunjukkan atau menggambarkan objek atau referen
yang diwakili, hubungannya berdasarkan kemiripan. Yang termasuk ke dalam ikon
adalah gambar dan onomatope. Bahasa juga memiliki indeks yang terlihat dari
istilah deiksis atau kata tunjuk dan shifters seperti saya, kamu,
sekarang, kemarin, yang apabila digunakan oleh orang yang berbeda, di tempat
dan waktu yang berbeda maka maknanya bergeser. Yang terakhir adalah simbol.
Simbol merupakan efek pragmatik dari ekspresi bahasa yang bersifat
konvensional.
Duranti, Alessandro.
2000. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar