Rabu, 29 Mei 2013

Tinjauan Psikoanalisis dalam Film Taare Zameen Par “Every Child is Special”

Sinopsis
Alkisah ada seorang anak yang bernama Ishaan Awasthi yang duduk di kelas tiga sekolah dasar. Ia mendapat julukan idiot dan citra anak nakal, baik di sekolah maupun di rumahnya. Ishaan lahir di keluarga yang serba teratur dan menilai seseorang dari pencapaian. Ayahnya, Nandkishore Awasthi adalah seseorang yang sangat tepat waktu, disiplin, dan serius. Kakaknya, Yohaan Awasthi juga begitu mirip dengan ayahnya yang perfeksionis. Sedangkan ibunya, meski tidak sepakem dengan ayahnya, tetapi ibunya juga merupakan seseorang yang serba tertata.
            Ishaan, meski sudah duduk di bangku kelas tiga, dia tidak bisa membaca dan menulis dengan benar. Oleh karena itu, ia pun harus mengulang setahun di bangku kelas tiga. Ketertinggalan Ishaan dalam semua mata pelajaran selalu diperbandingkan dengan keberhasilan Yohaan dalam hal akademik maupun nonakademik oleh ayahnya. Di sekolahnya pun tidak ada yang percaya bila Yohaan adalah kakak Ishaan karena karakter dan kecerdasan mereka yang sangat jauh berbeda.
            Di tengah tahun Ishaan membuat masalah izin palsu yang ia dapatkan dengan cara memaksa Yohaan membuatnya. Masalah tersebut akhirnya membawa Ishaan menghadapi keputusan ayahnya untuk dipindahkan sekolah dan Ishaan harus tinggal di asrama. Meski Ishaan tidak mau dan ibunya pun tak rela, tetapi ayahnya tetap saja bersikeras membawa Ishaan ke asrama dan sekolah yang lebih disiplin dengan harapan Ishaan dapat berubah menjadi seorang anak yang disiplin, tidak nakal, dan berhasil. Perpisahan tersebut membuat Ishaan menjadi sedih dan berubah menjadi anak yang pendiam.
            Di sekolah yang baru Ishaan tidak mengalami kemajuan apa-apa, bahkan mengalami kemunduran dalam mentalnya. Ia berubah menjadi anak yang pemurung, selalu melamun, dan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Namun, ada satu teman yang cukup dekat dengan dirinya, yaitu Rajan Damodran. Rajan adalah anak dari manager sekolah tersebut. Ia anak cerdas juga baik hati.
            Hari-hari dilalui Ishaan penuh dengan kesenduan. Ia mengalami depresi akibat kekerasan psikis maupun fisik yang dilakukan oleh guru-gurunya. Hingga pada suatu saat ada guru seni baru yang bernama Ram Shankar Nikumbh. Ram mengajar seni kepada anak-anak dengan cara yang sangat berbeda dari guru seni sebelumnya di sekolah itu. Ia membebaskan anak-anak berkreasi sesuai dengan imajinasinya. Dengan cara mengajarnya yang seperti itu, Ram pun menjadi bahan olok-olok oleh guru-guru lainnya karena dinilai tidak disiplin dan tidak tertib.
            Suatu hari Ram memberikan tugas menggambar kepada anak-anak. Semua anak dalam kelas tersebut menggambar dengan riang dan penuh antusias, kecuali Ishaan. Ia hanya melamun dan bermurung diri saja, tidak mau menggambar. Meski demikian, Ram tidak memaksanya untuk menggambar.
            Perilaku Ishaan dari hari ke hari semakin terlihat aneh oleh Ram. Ishaan semakin menutup diri dari siapa pun. Bahkan Rajan, teman sebangkunya pun sering tidak tahu kemana Ishaan pergi. Keanehan Ishaan memancing keingintahuan Ram sebagai pengajar sekaligus pendidik di sekolah itu. Ia bertanya kepada Rajan tentang Ishaan. Rajan pun menjelaskan bahwa Ishaan adalah anak yang bermasalah di sekolahnya yang dulu dan tidak bisa membaca maupun menulis meski ia sudah kelas tiga.
            Ram semakin penasaran mengenai Ishaan. Ia membuka-buka kembali buku-buku Ishaan, mencari informasi tentang Ishaan, dan akhirnya menemukan bahwa Ishaan menyandang disleksia seperti dirinya. Disleksia adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengenali huruf-huruf dan angka serta tidak dapat memperkirakan jarak, kecepatan, dan arah. Disleksia ini merupakan kelainan berdasar faktor keturunan. Setelah memastikan hal tersebut Ram pun menemui keluarga Ishaan untuk memberi tahu bahwa Ishaan bukanlah anak idiot, tetapi hanya mengalami disleksia. Ram juga menemui kepala sekolah bahwa Ishaan adalah anak yang cerdas tetapi menyandang disleksia. Ram meminta agar Ishaan tidak dipindahkan ke sekolah untuk anak berkebutuhan khusus dan memberikan perlakuan yang adil dengan menjanjikan Ishaan akan berubah menjadi anak yang cemerlang di bawah bimbingannya.
            Ram dengan sabar membimbing Ishaan agar Ishaan bisa mengejar ketertinggalannya dengan cara yang menyenangkan. Perlahan Ishaan berubah menjadi anak yang pintar, pandai membaca dan menulis dengan benar, dan kembali menjadi anak yang periang. Ishaan juga mulai menjadi pribadi yang disiplin dan penuh semangat.
            Suatu hari Ram membuat acara lomba melukis bagi para siswa dan guru dengan Lalitha Lajmi, seorang guru dan pelukis terkenal India, sebagai jurinya. Lomba tersebut mendapat antusias tinggi dari para siswa dan guru. Seisi sekolah mengikuti perlombaan itu dengan penuh keceriaan. Dalam perlombaan itu guru-guru yang sebelumnya meremehkan pelajaran seni, merasa kesulitan untuk membangun imajinasi dan menumpahkannya dalam sebidang kertas dengan sapuan-sapuan warna dari cat air ataupun crayon. Mereka baru sadar bahwa melukis adalah pekerjaan yang tidak mudah. Melukis akan sulit bila kita tidak cukup memiliki imajinasi yang tinggi dan keseriusan.
            Pada akhir acara, kepala sekolah mengumumkan siapa pemenang lomba melukis itu. Ia menjanjikan akan menjadikan lukisan pemenang tersebut menjadi cover buku sekolah pada tahun ajaran berikutnya. Semua orang yang ada di situ tidak menyangka bahwa Ishaan-lah yang menjadi pemenang. Lukisan yang ia buat begitu hidup, seperti bukan lukisan anak SD, tetapi lukisan seorang ahli lukis.
Gambar 1. Lukisan Ishaan yang dijadikan sampul buku sekolah
           
Tidak hanya melukis, Ishaan pun mendapat nilai-nilai bagus dalam setiap mata pelajaran lainnya, seperti matematika, bahasa, dan geografi. Semua itu berkat kesabaran dan keuletan Ram dalam membimbing Ishaan. Orang tua Ishaan sangat berterima kasih kepada Ram karena berkat dia Ishaan menjadi seorang anak yang cemerlang. Kedua orang tuanya pun akhirnya menyadari bahwa selama ini telah salah dengan cara membimbing Ishaan yang mereka samakan dengan cara membimbing Yohaan. Mereka menyadari bahwa setiap anak memiliki keistimewaan masing-masing dan tidak dapat dipersamakan.

Analisis Karakter Pemain
1.      Darsheel Safary sebagai Ishaan Awasthi: seorang anak berumur 8-9 tahun, penyandang disleksia, dan dijuluki idiot. Sebenarnya ia adalah anak yang cerdas, senang berimajinasi, kreatif, dan periang. Namun karena kekerasan fisik dan mental yang dialaminya ia berubah menjadi seorang anak yang pendiam dan pemurung. Sebenarnya ia sangat menyayangi kedua orang tuanya dan kakaknya. Ia juga merindukan sosok seorang ayah yang perhatian dan selalu berada di sampingnya.
2.      Aamir Khan sebagai Ram Shankar Nikumbh: seorang penyandang disleksia yang menjadi guru di sekolah khusus anak-anak cacat yang kemudian juga mengajar seni di sekolah Ishaan. Ram adalah sosok guru yang menyenangkan dan sabar. Ram merupakan tokoh pahlawan dalam film ini.
3.      Vipin Sharma sebagai Nandkishore Awasthi / Papa: seorang yang sangat disiplin dan ambisius. Ia menginginkan serba tepat waktu, mendapat hasil yang sempurna, dan dapat menjadi pemenang di setiap kompetisi.
4.      Tisca Chopra sebagai Maya Awasthi / Mama: seorang ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya. Maya adalah seorang wanita yang lemah lembut, tegar, menghormati dan patuh terhadap suaminya. Ia mengorbankan kariernya demi bisa mendidik Ishaan, meski ia terkadang sulit untuk bersabar menghadapi Ishaan.
5.      Sachet Engineer sebagai Yohaan Awasthi: adalah kakak dari Ishaan. Dia sangat menyayangi Ishaan. Dia adalah siswa terbaik di sekolahnya, hampir selalu mendapat nilai sempurna dia semua mata pelajaran, dan juga memiliki banyak prestasi di bidang olahraga. Karakter Yohaan merupakan gabungan dari karakter ayahnya, seorang yang ambisius, perfeksionis, dan sangat disiplin, dan karakter ibunya, seorang yang lemah lembut dan penyayang.
6.      Tanay Chheda sebagai Rajan Damodran: adalah teman yang paling dekat dengan Ishaan. Ia anak yang paling disiplin dan pintar di kelasnya, teman yang paling peduli dengan Ishaan. Ia merupakan orang pertama yang mengakui Ishaan memiliki kemampuan lebih dalam menginterpretasi puisi.

Teori Konflik
1.      The unvisible conflict. Konflik ini terjadi antara Yohaan dengan ayah. Yohaan sebenarnya tidak setuju Ishaan dipindahkan dari sekolahnya dan harus tinggal di asrama. Namun Yohaan tidak berani menentang ayahnya. Konflik batin Yohaan ini diketahui dari ekspresi dan adegan Yohaan saat perpisahan dengan adiknya itu.
2.      The perceived/experienced conflict. Di dalam film ini ada beberapa konflik yang terjadi karena perbedaan pendapat, harapan, kebutuhan, motif, tuntutan atau tindakan. Antara lain konflik ayah dengan ibu dan Ishaan ketika Ishaan diputuskan harus pindah sekolah dan tinggal di asrama dan konflik antara ayah dengan Ram mengenai disleksia yang disandang oleh Ishaan.
3.      The fighting. Ini terjadi ketika Ishaan berkelahi dengan Rajan, tetangganya, dan ketika Ishaan dimarahi oleh ayahnya karena masalah tersebut. Ayahnya menampar pipinya. Pukulan dari guru seni juga diterima oleh Ishaan ketika ia mendapatkan pelajaran seni di kelas. Pukulan ini disebabkan karena Ishaan tidak memperhatikan gurunya.
Ada beberapa konflik yang memiliki fungsi paling menonjol dalam keterjalinan alur/plot dalam film ini, Konflik-konflik tersebut dapat dipahami dari teori utama sebab-sebab konflik di bawah ini.
1.      Teori kebutuhan manusia. Konflik dalam diri Ishaan yang membutuhkan pengakuan dan keamanan yang diwujudkan dalam kasih sayang dan perhatian oleh kedua orang tuanya.
2.      Teori negosiasi prinsip. Perbedaan pandangan dan pendapat antara Ram Shankar Nikumbh dengan Nandkishore Awasthi mengenai disleksia yang disandang oleh Ishaan.
3.      Teori identitas. Pengalaman kekerasan yang dilakukan guru dan ayahnya menjadikan Ishaan kehilangan jati dirinya. Kepribadiannya yang semula ekstrovert berubah menjadi sangat introvert.
4.      Teori kesalahpahaman antarbudaya. Perbedaan budaya pengajaran seni yang dibawa oleh Ram Shankar Nikumbh dengan budaya pengajaran di sekolah barunya membuat Ram mendapat olok-olok dari rekan-rekan gurunya.

Analisis Anatomi Konflik
            Konflik utama dalam film ini adalah kesalahan dalam mengenali gejala diskleksia, khususnya yang dilakukan oleh orang tua dan guru. Ishaan sebagai tokoh utama diceritakan menyandang disleksia, yaitu ketidakmampuan untuk mengenali huruf dan angka serta tidak dapat memperkirakan jarak, kecepatan, dan arah. Meskipun demikian, daya imajinasinya yang tinggi membuatnya pandai dalam melukis dan membuat benda-benda kerajinan tangan yang kreatif, seperti menara mainan, patung-patung dari lilin, dan perahu yang bisa bergerak dengan bantuan kincir sederhana.
Gambar 2. Salah satu gejala disleksia: keterbalikan penulisan huruf dan angka sebagai indikasi kesulitan dalam mengenali huruf dan angka

Kedua orang tuanya serta guru-gurunya sangat mengkhawatirkan perkembangan Ishaan. Terutama ayahnya yang selalu memarahi Ishaan dan bersikap pilih kasih terhadap Ishaan. Guru-guru di sekolahnya sering kali memarahi dan mengejek Ishaan, begitu pula teman-temannya senang sekali mengejek Ishaan dan menjauhi Ishaan. Tidak ada satu pun yang mau berteman dengannya.
            Ishaan dianggap anak yang sangat bodoh, karena di usianya yang sudah relatif memiliki kognitif tersebut, Ishaan sama sekali tidak pernah bisa membaca dan menulis dengan benar. Bahkan untuk melempar bola saja ia tidak bisa memperkirakan arah, jarak, dan kecepatan. Selain itu, Ishaan tidak bisa tertib. Ia selalu bangun kesiangan, lambat, dan suka bermain-main.
            Sayangnya, orang-orang di sekitar Ishaan tidak cukup memahami apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Guru-guru di sekolahnya selalu memarahi dan mengejeknya, begitu pula teman-temannya. Mereka sangat senang mengolok-olok dan mengucilkan Ishaan. Karena berulang kali melakukan kesalahan yang sama dalam menulis, ibunya pun selalu memarahi dan mengatakan bahwa ia tidak akan pernah berhasil. Ibunya memaksanya untuk membetulkan kesalahan-kesalahannya dalam menulis, meski Ishaan tidak pernah mau melakukannya. Ayahnya yang ambisius dan perfeksionis tidak tahan melihat perilaku Ishaan yang dinilainya nakal, tidak bisa diatur, dan begitu bodoh karena ia sering sekali melakukan kesalahan yang sama memutuskan Ishaan untuk pindah sekolah dan menetap di asrama. Tujuannya agar Ishaan dapat mengejar ketertinggalan dari teman-temannya dan mendisiplinkan diri. Ayahnya berwatak sangat keras, bahkan untuk menuruti kemauannya, ia tega main tangan dengan anak kandungnya sendiri.
Gambar 3. Nandkishore (Ayah) memukul Ishaan karena telah berkelahi dengan tetangganya
           
Konflik meluas ketika Ishaan terpaksa harus tinggal jauh dari ibunya. Ia harus hidup di asrama yang menurut ayahnya dapat menjadikan Ishaan sebagai anak yang lebih disiplin dan tidak nakal lagi. Ketika itu Ishaan semakin merasa tersisihkan dari lingkungannya. Alam bawah sadarnya yang menentang keputusan ayahnya itu direfleksikan ke dalam mimpinya. Ia bermimpi ia berada di setasiun kereta yang padat dan kehilangan ibunya yang sudah lebih dulu naik kereta sementara ia tertinggal di setasiun sendirian.
            Berpisahnya Ishaan dengan keluarganya menjadikan ia depresi. Ditambah lagi dengan perlakuan keras dari guru seninya yang memukul tangannya karena ia tidak memperhatikan di kelas. Ketertekanannya semakin menjadi karena dia tidak mempunyai seorang pun untuk mencurahkan isi hatinya, atau bahkan sekedar untuk bercanda, seperti yang ia lakukan dengan ibu atau kakaknya. Akibatnya, ia tidak mau melakukan apa-apa kecuali bersedih dan bermuram diri. Bahkan ia yang biasanya selalu mencurahkan isi hatinya dan pikirannya melalui lukisan pun berhenti melukis. Ia sama sekali tidak tertarik pada hal apa pun.
Gambar 4a.                                                               Gambar 4b.
Gambar 4c.
Kisah perpisahan dengan keluarganya diceritakan melalui lukisan. Gambar flip yang sangat jarang ditemui pada karya tingkat sekolah dasar.

Analisis Psikologis Karakter dengan Psikoanalisis
            Id merupakan kebutuhan dasar di alam bawah sadar manusia. Tokoh yang memiliki id dominan di dalam film ini adalah Ishaan Nawasthi. Ia senang bertindak menuruti keinginan-keinginan pribadinya secara tak sadar, seperti iseng dengan pagar rumahnya, mengambil roti di dapur dengan tangan yang masih sangat kotor, menginjak genangan air yang jelas-jelas akan membuat sepatunya kotor, berceloteh menirukan suara-suara hewan saat ia sedang menjalani hukuman sebagai usaha untuk menghibur dirinya sendiri, dan sebagainya.
Ego berfungsi menjembatani tuntutan id dengan realitas di dunia luar. Tokoh yang memiliki ego dominan adalah Ram Shankar Nikumbh. Ia memecahkan konflik-konflik secara objektif, dirinya dapat mengontrol apa yang masuk ke dalam kesadaran dan apa yang akan dilakukan.
Superego berfungsi sebagai pengontrol ego. Aktivitas superego dapat berupa self observation, kritik diri, dan larangan dan berbagai tindakan refleksif lainnya. Tokoh yang memiliki superego kuat adalah Nandkishore Awasthi, ayah Ishaan. Ia bertindak dengan serba teratur dan senang mengatur. Menurutnya hidup itu penuh aturan, manusia harus disiplin demi mendapatkan pencapaian yang maksimal dan kesuksesan. Itu merupakan nilai-nilai yang ia terima dari proses internalisasi dalam hidupnya semenjak usia kanak-kanak.  

Defence Mechanism dan Dissociative Identity Disorder (DID)
            Defence mechanism atau mekanisme pertahanan diri adalah cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stres, ataupun konflik, baik dilakukan secara sadar maupun tidak. Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi individu dari kecemasan melalui pemutarbalikkan kenyataan. Tokoh yang mengalaminya dalam film ini adalah Ishaan Awasthi.
            Ishaan sering sekali berkata “tanpa ketakutan”, “tidak ada ketakutan”, “aku tidak takut” untuk melawan perasaan yang sebenarnya. Dalam kondisi psikis yang sebenarnya ada ketakutan untuk menghadapi dunia. Hal ini paling kentara ketika adegan Ishaan diolok-olok temannya karena ia akan dipindahkan ke sekolah berasrama yang jauh dari rumah. Meski mulutnya mengatakan “tidak takut” tetapi batinnya meronta dan ia pun menangis sambil melemparkan kembang api ke arah teman yang mengolok-oloknya itu.
            Dissociative Identity Disorder (DID) adalah keadaan jika seseorang mempunyai dua ego yang berbeda (alter ego), yang masing-masing ego tersebut mempunyai perasaan, kelakuan, kepribadian yang eksis secara independen dan keluar dalam waktu yang berlainan. Ishaan juga mengalami DID, yaitu kepribadiannya yang semula ekstrovert menjadi introvert yang disebabkan karena kekerasan psikis. Kekerasan ini terwujud dari pemaksaan untuk pindah sekolah oleh ayahnya dan perlakuan tidak baik dari para guru barunya.

Identitas dan Dramaturgi
            Tokoh yang cukup menarik dikaji adalah Ishaan Awasthi dan Nandkishore Awasthi. Karakter Ishaan dalam film ini sebenarnya merupakan anak yang penyayang dan mendambakan perhatian dari seorang ayah. Sifat penyayang dapat dilihat dari adegan ketika Ishaan menanyakan oleh-oleh kepada ayahnya. Ia tidak hanya menanyakan oleh-oleh untuknya, tetapi juga oleh-oleh untuk kakaknya. Kemudian adegan ketika Ishaan berada di balkon sekolah barunya. Temannya, Rajan, terjatuh dan ia segera menolongnnya untuk berdiri lagi.
            Nandkishore Awasthi digambarkan sebagai seseorang yang keras dan angkuh. Namun, di bagian akhir film ini Nandkishore akhirnya menyadari kesalahannya dan terharu ketika Ishaan, anak yang selama ini ia pandang sebelah mata dan ia hakimi sebagai anak yang tidak akan pernah sukses, mengalami perkembangan yang luar biasa. Mulanya Nandkishore selalu pesimis dengan keberhasilan Ishaan, tetapi pandangannya tersebut kemudian runtuh karena hasil ujian Ishaan yang memuaskan. Ketika ia mendapat laporan tentang hal tersebut, ia yang biasanya selalu banyak bicara, kali itu tidak dapat berkata apa-apa. Ia hanya dapat menangis terharu, ekspresi suatu reaksi yang lebih mendalam bila dibandingkan reaksi dari Maya Awasthi ketika itu.

Teori Simbol
            Film ini juga menggunakan teori simbol yang bersifat konotatif. Ada makna yang tersirat dari lukisan-lukisan yang dibuat oleh Ishaan Awasthi. Setiap lukisannya selalu menggunakan warna-warna tebal dan berani. Ini menandakan bahwa sebenarnya ia adalah seorang anak yang penuh percaya diri dan tidak ragu-ragu akan apa yang diperbuatnya.

            Kedua, ada keterkaitan di antara lukisan-lukisannya yang banyak menggunakan objek bintang dan planet-planet (luar angkasa). Simbol-simbol bintang ini sebenarnya merupakan manifestasi keinginan dan harapannya bahwa ia pun suatu saat nanti ingin menjadi bintang, seseorang yang dapat menerangi, membanggakan orang lain, terutama kedua orang tuanya. Sementara itu air dan ikan yang juga sering menjadi objek lukisan dan perhatiannya sebenarnya merupakan simbol dari fleksibilitas. Ia tidak suka dengan sesuatu yang kaku. Keluasan imajinasinya tergambar pada lukisan-lukisan dan kayalan-khayalannya tentang ruang angkasa yang tiada berbatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar