The
Wife
adalah sebuah novel karya Meg Wolitzer yang menceritakan tentang seorang
penulis yang sukses dan mendapat penghargaan bergengsi, Joe. Ia memiliki istri
bernama Joan. Kisah Joe dan Joan dalam novel ini diceritakan sarat dengan
budaya patriarki yang berkembang di Inggris. Konsep patriarki, khususnya di Inggris,
mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Laki-laki memiliki kuasa lebih
banyak daripada kaum perempuan. Dalam sektor pekerjaan yang sama dan dengan
jabatan yang sama, laki-laki mendapat 15% gaji lebih besar daripada perempuan.
Hal tersebut dianggap hal yang biasa terjadi, mengikuti peraturan gender yang
tradisional. Ideologi ini juga dapat dijumpai pada bagaimana peran seorang ibu
yang selalu mendahulukan menyajikan makanan di piring anak laki-laki terlebih
dahulu sebelum menyajikannya di piring anak perempuan atau perlakuan seorang
atasan laki-laki kepada pekerja perempuan dalam gaya berbicara yang diperhalus
dan lebih banyak bujukan, seperti sedang berbicara kepada anak kecil.
Novel The Wife merupakan salah satu contoh
bagaimana budaya patriarki berkembang dan memberikan efek kumulatif dalam kehidupan
sehari-hari. Joan Castleman sebagai tokoh utamanya adalah laki-laki yang
superior. Sebelum menikah dengan istrinya, Joan, ia sudah menjadi seorang penulis.
Novel ini dibuka dengan cerita mereka ketika berada dalam perjalanan dengan
menggunakan sebuah pesawat ke Helsinki di mana Joe mendapat penghargaan dalam
bidang sastra. Di dalam pesawat Joe tergoda oleh tawaran “pelayanan” yang
diberikan oleh seorang wanita. Mengetahui itu, Joan memutuskan untuk bercerai
dengan Joe. Di situlah Joe teringat bahwa selama ini Joan telah lama ada
bersamanya hanya untuk memenuhi kebutuhan dan impian-impiannya. Dia tidak
berdiri sendiri tanpa Joan.
Joe, meski ia
digambarkan sebagai laki-laki yang superior bahkan semena-mena terhadap
perempuan, Wolitzer justru mendeskripsikan masa kanak-kanak Joe yang bertolak
belakang dengan keadaannya masa dewasa. Joe dibesarkan oleh orang tua tunggal,
yaitu ibunya, karena ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Peristiwa
peristiwa pengkhianatan laki-laki terhadap bibi-bibinya mengelilingi dunia Joe
kecil. Di satu sisi, perempuan-perempuan tersebut merasa sakit hati dengan hak
istimewa laki-laki secara patriarkal karena menjad korban kekerasan dan mereka
harus tabah menjalaninya. Namun, di waktu yang sama mereka juga tidak mau
melawan apa budaya leluhurnya dan mengajarkannya secara tidak langsung kepada
anak laki-laki mereka. Kontradiksi antara pemberdayaan dan sikap tunduk ini teresonansi
dalam dunia nyata.
Di bagian lain,
Wolitzer menggambarkan mengenai perempuan Chili sebagai perempuan kaki-tangan machismo (kejantanan) yang kuno. Mereka
melayani kaum laki-laki dengan baik dan mengurus anak-anak. Berbeda dengan
perempuan modern yang memberontak, namun pada akhirnya mereka tak berdaya juga
karena perasaan kasih dalam dirinya dan itu menjadikan mereka sebagai korban
kaum laki-laki. Hal ini juga yang mendasari Wolitzer menggambarkan karakter Joe
sebagai seorang laki-laki yang selalu dilayani oleh perempuan, khususnya
istrinya. Dari bangun pagi hingga tidur malam, sesungguhnya ia sangat
bergantung pada perempuan.
Dalam konteks feminin,
Joe dihubungkan dengan dengan bagaimana ia mengikuti gaya perempuan ketika ia berinteraksi
dengan perempuan. Gaya bicaranya akan berbeda dengan ketika ia kontak dengan
sesama laki-laki. Seperti pada saat pertama ia berhubungan dengan Joan. Joe menggoda
Joan. Tulisan Joan, meski tak terlalu bagus, namun Joe tetap memujinya. Ada
sesuatu yang ia inginkan dari Joan dan Joan menerimanya. Inilah alasan mengapa
Joe meninggalkan istri dan anaknya untuk bersama dengan Joan.
Dalam kehidupannya
bersama Joan, karir Joe terus meroket. Sebagai seorang yang memiliki
popularitas, Joe selalu berusaha menenangkan Joan agar ia percaya kepada Joe
sepenuhnya, yaitu dengan melakukan “lip
service”. Joe juga mengatakan bahwa Joan adalah separuh hidupnya. Namun, di
saat lain Joe juga mengkhianati Joan. Ia terbiasa bertemu dan tidur bersama
penggemar-penggemarnya.
Dalam kaitannya dengan
perspektif Marxisme, The Wife
menggambarkan hubungan antara pemilik modal dengan buruh; Joe sebagai pemilik
modal dan Joan sebagai buruh. Pemilik modal akan selalu mendapat lebih banyak
keuntungan daripada buruh. Pengkhianatan Joe menggambarkan bagaimana kelas
pemilik modal melakukan kesewenangan. Bujukan Joe terhadap Joan menggambarkan
bagaimana pemiliki modal melakukan trik agar dapat mempekerjakan orang-orang
dari kelas buruh dan mempertahankan mereka sebagai usaha untuk mendapat
keuntungan bagi dirinya.
Prestasi Joe
digambarkan begitu eksplisit, sedangkan kontribusi Joan tidak muncul di
permukaan. Sama seperti ketika perusahaan besar mendapat nama besar atas mutu
produknya. Perusahaan yang mendapatkan eksistensi, namun para buruh atau orang-orang
yang bekerja di balik layar tidak akan terekspos meski pada kenyataannya
merekalah yang memiliki kontribusi besar terhadap kualitas produk perusahaan
tersebut.
Keputusan bercerai yang
diambil Joan dalam perjalanan menuju Helsinki menggambarkan kaum yang
memberontak. Di titik ini pemilik modal akan menyadari bahwa mereka tidak akan
mencapai kesuksesan tanpa adanya buruh-buruh yang bekerja pada
perusahaan-perusahaan mereka. Eksploitasi yang berlebihan akan menuai banyak
konflik yang berujung pada pemberontakan kaum buruh.(disarikan dari Tony McKenna “Art, Literature and Culture”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar