Jumat, 30 Juni 2017

The Wife: A Study in Patriarchy

The Wife adalah sebuah novel karya Meg Wolitzer yang menceritakan tentang seorang penulis yang sukses dan mendapat penghargaan bergengsi, Joe. Ia memiliki istri bernama Joan. Kisah Joe dan Joan dalam novel ini diceritakan sarat dengan budaya patriarki yang berkembang di Inggris. Konsep patriarki, khususnya di Inggris, mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Laki-laki memiliki kuasa lebih banyak daripada kaum perempuan. Dalam sektor pekerjaan yang sama dan dengan jabatan yang sama, laki-laki mendapat 15% gaji lebih besar daripada perempuan. Hal tersebut dianggap hal yang biasa terjadi, mengikuti peraturan gender yang tradisional. Ideologi ini juga dapat dijumpai pada bagaimana peran seorang ibu yang selalu mendahulukan menyajikan makanan di piring anak laki-laki terlebih dahulu sebelum menyajikannya di piring anak perempuan atau perlakuan seorang atasan laki-laki kepada pekerja perempuan dalam gaya berbicara yang diperhalus dan lebih banyak bujukan, seperti sedang berbicara kepada anak kecil.
Novel The Wife merupakan salah satu contoh bagaimana budaya patriarki berkembang dan memberikan efek kumulatif dalam kehidupan sehari-hari. Joan Castleman sebagai tokoh utamanya adalah laki-laki yang superior. Sebelum menikah dengan istrinya, Joan, ia sudah menjadi seorang penulis. Novel ini dibuka dengan cerita mereka ketika berada dalam perjalanan dengan menggunakan sebuah pesawat ke Helsinki di mana Joe mendapat penghargaan dalam bidang sastra. Di dalam pesawat Joe tergoda oleh tawaran “pelayanan” yang diberikan oleh seorang wanita. Mengetahui itu, Joan memutuskan untuk bercerai dengan Joe. Di situlah Joe teringat bahwa selama ini Joan telah lama ada bersamanya hanya untuk memenuhi kebutuhan dan impian-impiannya. Dia tidak berdiri sendiri tanpa Joan.
Joe, meski ia digambarkan sebagai laki-laki yang superior bahkan semena-mena terhadap perempuan, Wolitzer justru mendeskripsikan masa kanak-kanak Joe yang bertolak belakang dengan keadaannya masa dewasa. Joe dibesarkan oleh orang tua tunggal, yaitu ibunya, karena ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Peristiwa peristiwa pengkhianatan laki-laki terhadap bibi-bibinya mengelilingi dunia Joe kecil. Di satu sisi, perempuan-perempuan tersebut merasa sakit hati dengan hak istimewa laki-laki secara patriarkal karena menjad korban kekerasan dan mereka harus tabah menjalaninya. Namun, di waktu yang sama mereka juga tidak mau melawan apa budaya leluhurnya dan mengajarkannya secara tidak langsung kepada anak laki-laki mereka. Kontradiksi antara pemberdayaan dan sikap tunduk ini teresonansi dalam dunia nyata.
Di bagian lain, Wolitzer menggambarkan mengenai perempuan Chili sebagai perempuan kaki-tangan machismo (kejantanan) yang kuno. Mereka melayani kaum laki-laki dengan baik dan mengurus anak-anak. Berbeda dengan perempuan modern yang memberontak, namun pada akhirnya mereka tak berdaya juga karena perasaan kasih dalam dirinya dan itu menjadikan mereka sebagai korban kaum laki-laki. Hal ini juga yang mendasari Wolitzer menggambarkan karakter Joe sebagai seorang laki-laki yang selalu dilayani oleh perempuan, khususnya istrinya. Dari bangun pagi hingga tidur malam, sesungguhnya ia sangat bergantung pada perempuan.
Dalam konteks feminin, Joe dihubungkan dengan dengan bagaimana ia mengikuti gaya perempuan ketika ia berinteraksi dengan perempuan. Gaya bicaranya akan berbeda dengan ketika ia kontak dengan sesama laki-laki. Seperti pada saat pertama ia berhubungan dengan Joan. Joe menggoda Joan. Tulisan Joan, meski tak terlalu bagus, namun Joe tetap memujinya. Ada sesuatu yang ia inginkan dari Joan dan Joan menerimanya. Inilah alasan mengapa Joe meninggalkan istri dan anaknya untuk bersama dengan Joan.
Dalam kehidupannya bersama Joan, karir Joe terus meroket. Sebagai seorang yang memiliki popularitas, Joe selalu berusaha menenangkan Joan agar ia percaya kepada Joe sepenuhnya, yaitu dengan melakukan “lip service”. Joe juga mengatakan bahwa Joan adalah separuh hidupnya. Namun, di saat lain Joe juga mengkhianati Joan. Ia terbiasa bertemu dan tidur bersama penggemar-penggemarnya.
Dalam kaitannya dengan perspektif Marxisme, The Wife menggambarkan hubungan antara pemilik modal dengan buruh; Joe sebagai pemilik modal dan Joan sebagai buruh. Pemilik modal akan selalu mendapat lebih banyak keuntungan daripada buruh. Pengkhianatan Joe menggambarkan bagaimana kelas pemilik modal melakukan kesewenangan. Bujukan Joe terhadap Joan menggambarkan bagaimana pemiliki modal melakukan trik agar dapat mempekerjakan orang-orang dari kelas buruh dan mempertahankan mereka sebagai usaha untuk mendapat keuntungan bagi dirinya.
Prestasi Joe digambarkan begitu eksplisit, sedangkan kontribusi Joan tidak muncul di permukaan. Sama seperti ketika perusahaan besar mendapat nama besar atas mutu produknya. Perusahaan yang mendapatkan eksistensi, namun para buruh atau orang-orang yang bekerja di balik layar tidak akan terekspos meski pada kenyataannya merekalah yang memiliki kontribusi besar terhadap kualitas produk perusahaan tersebut.
Keputusan bercerai yang diambil Joan dalam perjalanan menuju Helsinki menggambarkan kaum yang memberontak. Di titik ini pemilik modal akan menyadari bahwa mereka tidak akan mencapai kesuksesan tanpa adanya buruh-buruh yang bekerja pada perusahaan-perusahaan mereka. Eksploitasi yang berlebihan akan menuai banyak konflik yang berujung pada pemberontakan kaum buruh.




(disarikan dari Tony McKenna Art, Literature and Culture”)


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar