Jumat, 07 Juni 2013

PILIHAN LEKSIKAL DALAM CERPEN “SEPASANG MATA DINAYA YANG TERPENJARA"


 Pemanfaatan Sinonim
            Dalam hubungan pengacuan persona, pencerita dalam kisahnya mengacu kepada Dinaya dan Ghana:


Dinaya
Dewa Made Dinaya
ia, -nya


Ghana
Gusti Nyoman Ghana
suaminya
laki-laki yang sudah dipilihnya
laki-laki yang dipilihkan Biyang untuknya
laki-laki itu
dia
Bli Gusti


            Dalam kisahan juga terdapat beberapa pemanfaatan sinonim lainnya.

      Sebentar lagi, ia akan mengenakan seragam coklatnya dan berangkat ke Denpasar.

            Kata seragam coklat diartikan sebagai seragam pegawai negeri. Seragam coklat yang dipilih oleh pencerita untuk mewakili pekerjaan Gusti Nyoman Ghana sebagai pegawai negeri sipil menimbulkan efek bahwa pekerjaannya itu adalah pekerjaan yang biasa saja, tidak terlalu tinggi kelasnya.
           
            … Pekerjaan yang selalu membuat suaminya itu bisa membusungkan dada dan menegakkan bahu. …

            Pencerita memilih kata-kata membusungkan dada dan menegakkan bahu untuk memperhalus makna kebanggan yang berlebih dan mengandung kesombongan.

…. Ratusan pertanyaan pun bermunculan di benak mereka dan jawaban dari ratusan pertanyaan itu adalah tidak mungkin, tidak mungkin, dan tidak mungkin sebanyak seratus kali. …
           
            Pilihan kata ratusan pertanyaan bermunculan dan jawaban dari ratusan pertanyaan itu adalah tidak mungkin, tidak mungkin, dan tidak mungkin sebanyak seratus kali  mengandung arti bahwa segala hal tidak mungkin bisa disatukan dalam perkawinan antara orang Bali dengan orang Jawa yang memiliki latar belakang kebudayaan yang sangat berbeda.

      … Mereka begitu terobsesi menambahkan huruf SH di belakang namanya seperti anak kecil yang begitu menginginkan mainan kegemarannya. ….

            Huruf SH di sini bukanlah singkatan dari nama baru, nama yang kemudian diberikan setelah mendapat nama yang sudah diberikan sejak lahir. Huruf SH di sini merupakan singkatan dari gelar Sarjana Hukum. Jadi, maksud dari pencerita adalah pada waktu Dinaya masih muda orangtuanya ingin sekali agar ia kelak menjadi seorang sarjana hukum.


Pemanfaatan Kata Daerah
            Pencerita adalah orang Bali yang mengambil latar daerah Bali. Ini sangat terlihat dari kata daerah yang digunakannya dalam cerita pendek ini.
            Gambaran Dinaya sebagai wanita dan keluarga Bali dipertegas dengan penggunaan kata-kata dari bahasa Bali dalam percakapan dan dalam kisahan penceritaan.
      …. Biyang dan Aji tidak pernah bisa menerima laki-laki Jawa menjadi suami Dinaya…..

Dalam percakapan anatara Dinaya dan ibunya:
      ...
“Suamimu memintamu untuk berhenti bekerja, Dinaya. Dia bilang begitu pada Biyang.”
      “Kenapa dia tidak bicara langsung pada tiang? Bukankah da masih punya mulut.
      …

     
      “Bli Gusti yang tidak pernah menghargaiku sebagai perempuan. Mengapa aku tidak boleh mengembarakan pikiranku? Apa yang dia inginkan dari aku?”
      “Dia ingin kamu lebih banyak di rumah untuk menemaninya, bukannya sibuk dengan urusan di kampus. Lagi pula rumah jadi terbengkalai. Urusan mebanten saja harus minta tolong orang lain. Bukankah seorang istri yang seharusnya mengerjakan semua itu?”

            Kata Biyang yang artinya Ibu,  kata Aji yang artinya Ayah, dan kata tiang yang artinya saya atau aku, serta kata Bli yang artinya Kakak atau sebutan bagi laki-laki yang usianya lebih tua dari si penutur  mempertegas bahwa Dinaya adalah seorang wanita Bali dan dari keluarga Bali asli.
            Selain itu, ada pula kata “mebanten” yang artinya adalah memberikan persembahan secara ikhlas sebagai wujud terima kasih kepada Tuhan, biasanya berupa buah-buahan atau sayuran. Mebanten merupakan salah satu ritual agama Hindu, agama yang menjadi mayoritas pada masyarakat Bali.

.… Ia terus saja menuntut Dinaya untuk mengamini nilai-nilai yang dipercaya oleh Biyang. Hanya saja bagi Dinaya, ia tidak sudi mengamini nilai-nilai itu. Sebagai manusia ia merasa berhak diperlakukan sama dengan laki-laki.

            Jika pada umumnya kata amin atau mengamini dipakai dalam konteks doa, maka dalam kisahan ini kata tersebut dipakai untuk menggantikan kata mengiyakan. Efeknya adalah kata mengamini lebih dirasa halus dan memiliki makna penerimaan dan kepatuhan yang lebih tinggi daripada kata mengiyakan karena kaitannya lebih erat dengan konteks doa, agama, atau kepercayaan.

      … Ghana terlihat menyeruput kopinya dengan begitu nikmat. ….

            Menyeruput adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Jawa yang kemudian telah menjadi kata dalam bahasa Indonesia ragam informal. Kesan yang ditimbulkan dari kata ini yaitu santai dan sangat menikmati sesuatu yang diminum.


Pemanfaatan Kata Asing
            Pemanfaatan kata asing dalam cerita pendek ini hanya digunakan satu kali dan bukan dalam bentuk ujaran, melainkan dalam kisahan.
      …. Ghana betah seharian dengan permainan play station-nya dan tidak memedulikan apa pun. ….


Pemanfaatan Metafor/Kiasan
Pemanfaatan metafor dalam cerpen ini dilakukan secara implisit dan eksplisit. Metafor secara implisit dapat kita lihat dari beberapa contoh kalimat di bawah ini.

…. Bukankah bicara bisa memekarkan pikiranmu?

            Kata mekar lazimnya digunakan untuk bunga. Tetapi pencerita memilih kata pikiran untuk dipersandingkan dengan kata mekar, sehingga menimbulkan efek makna bahwa pikiran itu seperti bunga, bisa mekar tetapi juga bisa layu.
      … Dinaya hanya bisa pasrah ketika keluarganya menuntut ia membuang semua ilmu yang dimilikinya ke tempat sampah. ....

            Membuang ke tempat sampah lazimnya digunakan untuk kata benda konkret. Tetapi kata-kata itu oleh pencerita dipersandingkan dengan kata benda abstrak, yaitu ilmu. Alih-alih pencerita ingin menegaskan bahwa betapa tidak berharga ilmu yang dimiliki oleh seorang sarjana seperti Dinaya karena ilmunya tidak boleh dipakai olehnya dalam kehidupan nyata.

      Dinaya tahu bahwa saat pikiran itu akan sekarat dan tewas. ….

            Efek dari kata sekarat dan tewas yang dipersandingkan dengan kata pikiran adalah semakin menguatkan bahwa pikiran Dinaya pada akhirnya akan sia-sia tak berguna sama sekali.

      “… Mengapa aku tidak boleh mengembarakan pikiranku? Apa yang dia inginkan dari aku?”

            Kata mengembarakan yang dipersandingkan dengan kata pikiran memberikan efek bahwa pikiran itu seperti manusia yang seharusnya dapat mengembara ke mana pun ia mau untuk mencari ilmu dan mengembangkan dirinya. Kalimat ujaran Dinaya di atas juga menyiratkan bahwa Dinaya adalah seseorang yang berpendidikan.
      Dia sibuk mengoceh mengenai pekerjaannya sendiri. …
           
            Mengoceh umumnya ditujukan untuk burung. Namun, di sini mengoceh justru dipersandingkan dengan dia yang merupakan persona. Pencerita ingin menegaskan bahwa betapa tidak pentingnya kata-kata yang diucapkan oleh Ghana mengenai pekerjannya.
            Selain secara implisit, pencerita juga menggunakan metafor secara eksplisit seperti contoh-contah di bawah ini.

      …. Pekerjaan dapur dan tetek bengek rumah tangga ini seolah memutarnya seperti gasing yang tidak tahu kapan akan berhenti.
           
Kiasan seolah memutarnya seperti gasing yang tidak tahu kapan akan berhenti memberikan efek ketidakpastian dan waktu yang sangat lama serta membosankan.

      …. Dinaya seolah dibenturkan dengan dinding yang mahatebal.
           
            Kalimat di atas mengandung metafor secara eksplisit, yaitu majas simile. Maksud dari kalimat Dinaya seolah dibenturkan dengan dinding yang mahatebal di atas bukanlah Dinaya benar-benar dibenturkan dengan dinding sungguhan, tetapi Dinaya mengalami goncangan dan kesakitan yang teramat sangat.
            Kata mahatebal juga merupakan salat satu pilihan leksikal yang sangat unik dalam cerita pendek ini. Jika pada umumnya kata maha digunakan untuk sesuatu yang berkaitan dengan sifat Tuhan, maka kali ini pencerita mengambilnya untuk menimbulkan efek menyangatkan.
            Selain itu, pencerita juga menggunakan simile lainnya pada kisahan.

      …. Ia direnggut dari tempat yang dicintainya dan dipaksa menempati ruang sempit yang ia rasakan bagaikan penjara.


Pemanfaatan Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang bersifat melebih-lebihkan suatu kenyataan. Di samping majas metafor dan simile, pencerita juga menggunakan majas hiperbola dalam mengungkapkan sesuatu dengan cara melebih-lebihkannya untuk mencapai efek tertentu.

      …. Lebih suka menutup mulutnya rapat-rapat dan pelit mengucapkan kata-kata. …
             
      …. Cinta itu terpaksa ia telan bulat-bulat ke dalam kerongkongan dan membiarkannya tersekap di ruang sempit di dalam ususnya.

            Kesan yang ditimbulkan dari kalimat di atas adalah keterpaksaan yang amat sangat sehingga menimbulkan penderitaan, bukan saja secara fisik, tetapi juga secara batin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar