Jumat, 07 Juni 2013

Malam Sahaja

(suatu catatan di tengah keramaian)

malam terhimpit angin menyesakkan yang tak pernah usai
pada bias bayang-bayang kaca di setiap sudut kota
mati
menusuk udara busuk peluh manusia buruk
tapi malam hanya mengangguk pelan pada setiap insan
hanya Tuhan yang tahu mengapa ia selamanya menjadi kelam

ciprat air karena gelora membumbung
pada malam yang terlalu baik dan selalu diam dalam sahaja
burung malam pun menangis karenanya
seandainya manusia itu seperti mereka, Tuhan tak kan murka

sahaja malam yang mengangguk pelan pada setiap insan
dan hanya Tuhan yang tahu mengapa ia selamanya menjadi kelam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar