Kamis, 07 Juli 2016

Mari Saling Mengingatkan, Tanpa Celaan

__Ceritanya malam ini hampir saja berdebat dengan seorang ukhti bercadar di bbm. Saya mengenal dia dari dua komunitas Islam. Meski sekarang kami tak lagi satu grup, tetapi silaturahmi via bbm masih cukup terjaga. Terlepas dari hal itu, ada sesuatu yang menarik dan bikin greget saya membara malam ini. Mungkin ini yang jadi penyebab kenapa banyak orang yang sebel sama wanita bercadar.__

Ukhti, hidayah itu mahal harganya. Tak setiap orang seberuntung engkau yang dapat mengenakan pakaian syar'i dan no unggah selfie lagi. Bukankah kau mencapai titik ini juga dari sebuah proses? Lantas mengapa mulut dan jarimu nyinyir kepada mereka yang belum dapat mengenakan pakaian syar'i dan masih suka selfie? Silakan saling mengingatkan, tapi dimohon dengan sangat pakailah kata-kata yang baik. Bukankah kau sudah mengaji, "Berkatalah yang baik atau diam"?


Lalu, bagaimana responmu, wahai ukhti, ketika saya yang masih awam ini mengingatkan untuk mengimbangi sindiran-sindiranmu dengan berintrospeksi? "Terserah," katamu. "Silakan berkomentar. Capek."

Apakah tak terbayang pula jika itu adalah respon yang diberikan mereka terhadap sindiran-sindiranmu yang terlalu nyinyir itu? Yang ada, bukannya sindiran itu mengena dalam hati dan jadi bahan muhasabah diri, namun justru mengenai alam bawah sadar mereka untuk menolaknya, meski mereka tau itu tak sesuai syariat.

So, ukhti, mari saling menjaga hati dan perasaan. Kau tau wanita adalah makhluk yang begitu halus perasaannya. Mari saling mengingatkan, tanpa celaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar