(Buat para calon mahasiswa dan mahasiswa baru Unsoed yang bingung mau ikut UKM apa, sila baca dan sila gabung sama Sketsa! ^^)
A.
Latar
Belakang Masalah
Pengertian Pers
Istilah “pers” berasal dari bahasa Inggris ‘press’
yang berarti mencetak. Kata ini juga dimaksudkan untuk menyiarkan suatu
informasi atau berita secara dicetak. Dalam perkembangannya pers kemudian
diartikan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, pers mencakup semua
media komunikasi massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi
memancarkan/menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan
seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain. Maka dikenal adanya istilah
jurnalistik radio, jurnalistik televisi, jurnalistik pers. Dalam arti sempit,
pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan cetak, seperti surat kabar atau
koran, majalah, buletin, leaflet, dan sebagainya.
Pers dan
kegiatan jurnalistik awalnya hanya dilakukan oleh para profesional. Namun,
seiring dengan perkembangan zaman pers dan kegiatan jurnalistik juga begitu
ramai di kalangan para mahasiswa. Kegiatan jurnalistik melalui pers mahasiswa
secara esensi tidak jauh berbeda dengan dunia pers profesional. Perbedaan yang
paling mendasar adalah bahwa pers mahasiswa lebih menyoroti dunia kampus,
kehidupan kampus dari kacamata mahasiswa. Isi dari pers mahasiswa dapat berupa
informasi dan kritik-kritik terhadap kebijakan kampus, masalah ekonomi dan
sosial-politik, dinamika kehidupan kampus, gaya hidup, dan serba-serbi budaya.
Semua itu ditinjau dari kacamata mahasiswa. Sama seperti pers profesional, pers
mahasiswa juga mengacu pada kegiatan yang sifatnya mencari, menggali,
mengumpulkan, mengolah materi, dan menerbitkanya berdasarkan sumber-sumber yang
terpercaya dan valid.
Berbicara
penerbitan tentu sangat erat kaitannya dengan manajemen dalam mengelola produk
penerbitan. Tidak terbatas pada penerbitan-penerbitan pers besar dan
profesional, penerbitan pers mahasiswa pun memiliki manajemennya sendiri yang
sesuai dengan ideologi, kemampuan, dan AD/ART organisasi pers tersebut. Begitu
pula dengan pers mahasiswa Sketsa, salah satu unit kegiatan
mahasiswa tingkat universitas yang unggul di Universitas Jenderal Soedirman. Organisasi
yang terbentuk tanggal 5 Desember 1988 ini memiliki beberapa produk, antara
lain majalah, jurnal, buletin, dan leaflet. Serta yang terakhir
dikeluarkan adalah berita online.
Dalam makalah
ini akan dipaparkan secara sederhana bagaimana manajemen penerbitan pers
mahasiswa Sketsa dengan difokuskan pada tahap-tahapan yang dilalui dalam proses
produksi. Dari beberapa produk yang dihasilkan Sketsa, penulis mengambil objek
majalah karena majalah merupakan produk unggulan dari pers mahasiswa ini.
B. Pembahasan
Dalam memproduksi majalah, LPM Sketsa memiliki manajemen
tersendiri sesuai dengan pola kebijakan organisasinya. Mulai dari pra-produksi,
produksi, hingga pasca produksi dikelola sedemikian rupa sehingga dapat
menghasilkan produk majalah yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Berikut tahap-tahap
produksi majalah Sketsa.
1.
Tahap seleksi tema dan topik
Tahap
ini merupakan proses yang harus dilalui sebelum produk dibuat. Tahap ini
berawal dari adanya topic listing
(daftar topik) dari beberapa tema yang pernah atau sedang diangkat dalam
website www.lpmsketsa.com. Melalui rapat musyawarah pengurus, topik yang
dinilai menarik dan memiliki urgensi lebih akan diperdalam melalui buletin.
Topik yang terdapat dalam buletin itu biasanya kemudian akan diangkat lagi
dalam produk majalah. Topik tersebut bisa kemali menjadi topik utama ataupun
topik tambahan yang diselipkan dalam rubrik-rubrik khusus.
Wilayah
liput majalah Sketsa mulai dari tahun 2013 ini tidak hanya di lingkup kampus
Unsoed atau Purwokerto saja, tetapi juga mulai ke wilayah Purbalingga dan
Cilacap.
2.
Tahap pengumpulan naskah dan editoring
Tahap
selanjutnya adalah tahap pengumpulan naskah oleh penulis. Untuk berita, sampai
saat ini Sketsa belum memiliki tim kontributor. Semua berita, baik yang termuat
dalam website, leaflet, buletin, dan majalah adalah hasil dari pengurus Sketsa
sendiri. Hal ini berkaitan dengan kevalidan isi berita.
Untuk
naskah yang berasal dari pengurus non-keredaksian harus masuk terlebih dahulu
ke staf redaksi pelaksana untuk melalui proses editoring. Jika naskah tersebut dinilai masih kurang maka redaksi
pelaksana akan mengembalikan naskah kepada penulisnya dengan catatan apa saja
yang perlu diperbaiki untuk selanjutnya dimasukkan lagi ke redaksi pelaksana.
Setelah naskah diperbaiki dan diterima oleh redaksi pelaksana, redaksi pelaksana
akan memberikan kepada pimpinan redaksi untuk dinilai lebih lanjut. Jika pada
tahap ini naskah dinilai masih kurang, maka merupakan tanggung jawab redaksi
pelaksana untuk memperbaiki tulisan tersebut.
Namun, jika penulis naskah tersebut adalah anggota dari redaksi
pelaksana, maka naskah tersebut langsung masuk ke pimpinan redaksi untuk proses
editoring. Setelah semua naskah lolos
dari pimpinan redaksi, selanjutnya pimpinan redaksi memerikan naskah tersebut
kepada bagian red art.
3.
Tahap illustrating dan layouting
Illustrating
adalah tahap memberikan ilustrasi, baik berupa gambar, foto, maupun diagram
dalam sebuah berita, artikel, maupun rubrik sastra. ilustrasi di sini memiliki
fungsi sebagai pemerjelas sekaligus pemerkuat informasi yang disampaikan.
Ilustrasi juga dapat memberikan efek hiburan bagi pembaca, terutama
ilustrasi-ilustrasi yang berupa karikatur.
Layouting
adalah tahap penataan ruang, teks, dan ilustrasi. Bagaimana menata
ilustrasi-ilustrasi dalam ruang yang tersedia dengan pemilihan tipe, warna,
serta jenis huruf yang digunakan ada dalam tahap ini.
Illustrator
dan layouter meminta persetujuan
pimpinan redaksi, apakah ilustrasi (gambar, foto, diagram, tabel, dan
sebagainya), tata teks, tata letak, iklan, dan hal lainnya sudah sesuai dengan
kebijakan organisasi, tema yang diangkat, dan memiliki kevalidan.
Pada
tahap ini bagian red art juga harus berkoordinasi dengan bagian perusahaan
karena penentuan tata letak, ilustrasi, jumlah halaman, dan sebagainya sangat
terkait dengan masalah keuangan, berapa dana yang didapat dan berapa biaya
untuk pencetakan.
4.
Tahap sirkulasi
Pada
tahap ini bagian perusahaan sangat berperan. Perusahaan mencari iklan yang akan
dimuat dalam majalah. Oleh karena itu, perusahaan bertanggung jawab sepenuhnya
atas iklan yang termuat. Ada dua kebijakan yang dimiliki Sketsa dalam hal
pemasangan iklan, yaitu:
1) Kuota
iklan maksimal adalah sepertiga dari jumlah halaman keseluruhan. Misalnya, jika
jumlah halamannya 60, maka iklan yang terpasang maksimal 20 halaman.
2) Iklan
yang dipasang tidak boleh iklan rokok.
Setelah draft sudah siap untuk dicetak, dalam
keadaan ini semua naskah, iklan, ilustrasi, dan tata letak sudah jadi dalam
bentuk soft copy, maka bagian sirkulasi bekerja sama dengan percetakan
untuk mencetak majalah sesuai yang diperjanjikan.
Berkaitan dengan masalah keuangan, khususnya biaya
produksi (mencetak) Sketsa memiliki sumber dana tetap yang didapat dari
anggaran untuk UKM Unsoed. Selain itu, dalam menyokong dana-dana lain yang
dibutuhkan dalam administrasi dan sirkulasi Sketsa biasanya mengadakan bazar
atau usaha lain yang dapat menghasilkan uang.
Berbicara masalah sirkulasi, Sketsa memiliki wilayah
cakupan yang berbeda untuk produknya. Untuk leaflet dan buletin dicetak
sebanyak 500 eksemplar dan disebarkan kepada masyarakat kampus (mahasiswa,
dosen, dekanat, bapendik). Sedangkan untuk majalah dicetak sebanyak 3.000
eksemplar dengan perincian sebagai berikut.
1) 2.000
untuk disirkulasikan di wilayah Purwokerto dan sekitarnya, baik untuk
masyarakat kampus Unsoed maupun masyarakat kampus lain yang berada di
Purwokerto.
2) Sekitar
1.000 eksemplar diditribusikan ke lembaga-lembaga pers mahasiswa se-Indonesia.
Distribusi majalah dilakukan melalui pos. Hal ini sangat penting karena selain
saling bertukar informasi, kegiatan ini juga dapat menjadi bahan evaluasi
perbandingan produk satu LPM dengan LPM lainnya dan membangun kerjasama
antar-LPM di Indonesia.
3) Untuk
koleksi Sketsa sendiri mengambil minimal 100 eksemplar majalah. Selain untuk
arsip, majalan-majalah ini biasa digunakan untuk pertukaran ketika melakukan
kunjungan-kunjungan keredaksian dengan kampus lain.
Penutup
Dari
pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen dalam penerbitan merupakan
hal yang sangat penting. Tidak terkecuali pada majalah pers mahasiswa Sketsa
yang memiliki manajemen sederhana namun terarah dan sudah sesuai dengan
kebutuhan. Manajemen penerbitan majalah ini memiliki beberapa tahapan, yaitu
tahap pemilihan tema dan topik, tahap
pengumpulan naskah, tahap illustrating dan layouting, dan
tahap sirkulasi.
Manajemen
penerbitan pada penerbitan majalah pers Sketsa sudah cukup baik. Namun, penting
untuk diperhatikan mengenai sisa produk yang terkadang terlalu banyak. Hal ini
bisa menjadi suatu pemborosan. Alangkah lebih baik jika sedikit melakukan penghematan
atau didistribusikan kepada pihak-pihak lain, seperti rekan kerja sama atau
perluasan jaringan.
Referensi
Iskandar,
Ade G. 2012. Mengenal Pers, Dulu dan Kini. http://
home.cbi.ac.id/index.php/archives/397 (diakses
tanggal 17 Mei 2013)
Wildan,
Aris. 2013. Sejarah, Pengertian, Fungsi, dan Perasanan Pers. http://
ariswildan.blogspot.com/2013/01/sejarah-pers-pengertian-pers-fungsi-dan.html (diakses
tanggal 17 Mei 2013)
Wawancara
langsung dengan Pimred Sketsa 2012-2013, Ubaidillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar