Sabtu, 22 Agustus 2015

Hanya Sebuah Cincin yang Terselip di Jari Manisnya


     “Aku mencintaimu lebih dari malam yang mencintai gelap.“
     Sang wanita tersenyum simpul.
     “Apakah itu tak cukup bagimu untuk menerimaku?”
     Sang wanita masih tersenyum. Pipinya yang tirus kini merona.
     Sebuah cincin diselipkan di jari manisnya.
     Sang wanita tersenyum semakin lebar. Kali ini ada debaran tak menentu di dadanya.
     Sentuhan lembut pada dahinya ia rasakan begitu hangat. Hangat yang merambat ke kedua matanya. Hingga tak terasa ada yang meleleh di sana.
     Sang wanita menangis. Air matanya mengalir deras, tak terbendung oleh isak yang sekuat tenaga ia tahan.

     Aku menghela nafas memperhatikannya. Ingin sekali aku pecahkan cermin di hadapannya agar ia tak terus-menerus terjebak dalam bayang peristiwa kecelakaan di hari pertunangannya. Agar kakinya mampu melangkah, keluar dari ruang sempit berjeruji itu.



Purwokerto. 21.08.15