Aku tidak pernah tau bagaimana membuat luka,
kecuali kau
Aku tidak pernah berbuat salah, kecuali kau
Aku selalu bersahaja dan berguna, kecuali kau
Karena aku diciptakan untuk mengabdi, kecuali
kau
Aku memang diberi lupa, untuk terus mengingat
Aku memang diberi mau, untuk kau tali
Aku memang diberi kesempurnaan, untuk kau
sempurnakan
Dan aku dikukuhkan menjadi pemimpin, untuk
berbakti
Darahku merah seperti api yang berkobar
Tulangku putih seperti kain kafan
Kulitku cokelat seperti warna tanah
Tapi hembusan nafasku bagai angin yang berlalu
Aku bukan siapa-siapa yang menjadi siapa-siapa
Aku bukan apa-apa yang menjadi apa-apa
Akulah tanpa kuasa yang berkuasa dan menguasai
Akulah tanpa daya yang memperdayai
Akulah debu yang menganggap diri matahari
Padahal matahari tak pernah merasa dirinya
matahari
Dan sesungguhnya aku tahu keharusanku
Namun, itu semua ada di kau!
(Purwokerto, 23 Juli 2013)